Jumat, 30 November 2012

0 Sweet As Revenge

Sekarang gilirannya Band asal Jakarta yang akan saya liput kali ini.
SWEET AS REVENGE terbentuk secara resmi di Jakarta pada awal bulan November 2003. Berawal dari pertemuan Max, Qzoot (gitar) dan Febri (bass) di sebuah distro di Jakarta.
Band ini digawangi oleh :
- Dinand (Vocals)
- Qzoot (Guitar)
- Mamie (Guitar)
- Febri (Bass)
- Nanda (Drum)
- Nishade (Keyboard)
Berawal dari obrolan mengenai interest yang sama pada genre post-hardcore, kemudian berlanjut dengan keinginan untuk membuat sebuah band yang memainkan musik post-hardcore itu sendiri. Waktu berjalan, dan berdirilah Sweet as Revenge.

Nama yang unik, karena semua personil awal di band ini pernah merasakan pengalaman pahit dengan band-band mereka yang terdahulu. Dan menjadikan Sweet as Revenge sebagai ajang pembuktian. Bahwa mereka akan bisa menjadi lebih baik.

Berawal dari hanya berlatih di studio, kemudian mereka memutuskan untuk merekam demo mereka yang pertama. Lagu pertama mereka berjudul "Broken Lines and Empty Smile". Bermodalkan satu lagu sendiri serta beberapa lagu cover, Sweet as Revenge mulai merambah panggung-panggung di berbagai acara komunitas di Jakarta.

Tampil dengan hanya ditonton segelintir orang sebagai band pembuka, atau tampil paling akhir sebagai band penutup telah mereka rasakan. Hal itu tidak membuat mereka patah semangat, tapi dianggap sebagai pengalaman yang akan memperkuat mereka sebagai sebuah band. Lagu "Broken Lines and Empty Smile" akhirnya menarik minat dE Records.

Lagu tersebut direkam ulang untuk disertakan dalam kompilasi "Anthems of Tomorrow" (dE Records, 2004). Sebuah album kompilasi yang berisi band-band bergenre post-hardcore dan sejenisnya. Lagu "Broken Lines and Empty Smile" juga sempat merajai chart MTV Cutting Edge selama beberapa minggu.

Sebuah prestasi yang membanggakan untuk sebuah band yang masih berumur sangat muda. Hal ini juga yang mengangkat nama mereka ke permukaan dan mulai dikenal oleh publik.

Seiring dengan berjalannya waktu, serta perbedaan visi, misi dan kepentingan dari masing-masing personil, mengakibatkan beberapa kali pergantian personil serta perubahan musikalitas Sweet as Revenge secara keseluruhan.

Setelah melewati proses rekaman yang panjang, hasil karya mereka dapat didengar pada sebuah mini album berjudul "Birth of Expectations" (Self Released, 2008) yang dirilis pada 5 Januari 2008. Sebuah mini album berisi 6 lagu yang merefleksikan pahit dan manisnya kehidupan mereka. Baik sebagai band ataupun sebagai individu masing-masing personil.

Rilisnya mini album "Birth of Expectations" mendapat respon yang cukup baik. Acara Release Party mini album itu sendiri dihadiri oleh sekitar 700 orang penonton. Jumlah yang cukup fantastis. Singel mereka yang berjudul "Potret Kehampaan" juga sering terdengar di radio.

Selepas rilisnya mini album "Birth of Expectations", Sweet as Revenge semakin aktif bergerilya dari panggung ke panggung dan mulai merambah media. Mulai dari panggung acara komunitas, pensi SMA, acara kampus, live performance, promo dan interview di radio, semua dilibas habis.

Hal ini dilakukan tidak hanya untuk menambah jam terbang saja, tetapi juga sebagai usaha untuk menjangkau pendengar baru, mereka yang sama sekali tidak mengenal Sweet as Revenge. Terbukti cara ini cukup ampuh, banyak yang akhirnya jatuh hati kepada band ini setelah mereka mendengar dan menyaksikan langsung penampilan Sweet as Revenge.

Sebagai salah satu band generasi awal dari booming genre post-hardcore di tanah air, Sweet as Revenge berusaha untuk terus konsisten dan tidak terbawa arus trend musik yang sangat cepat berganti.

Sampai saat ini, formasi terakhir Sweet as Revenge adalah: Dinand (vokal), Qzoot (gitar), Mamie (gitar), Febri (bass), Nissa (keyboard), dan Nanda (drum). Perjalanan dari panggung ke panggung, konflik demi konflik serta pengalaman hidup dari masing-masing personil telah memperkaya pengalaman Sweet as Revenge sebagai sebuah band.

Hal ini membuat mereka berusaha untuk lebih solid dan konsisten dalam berkarya. Sweet as Revenge akan terus mempertahankan eksistensinya serta melahirkan karya-karya yang dapat menghibur penggemar musik dimanapun mereka berada.

Adapted from http://baronemo.blogspot.com/2011/05/sweet-as-revenge.html
readmore »»  

0 Pemusik? "Iya" ; Pebisnis? "iya"





Dochi Pee Wee Gaskins "Sunday Sunday". (Foto: Ace Suhendar)
Dochi Pee Wee Gaskins (Sunday Sunday)
Ide awal kamu membuat clothing line gimana sih?
Gue merintis bisnis ini bareng Dinda Kanya Dewi pada 1 Oktober 2011. Dulu gue pernah kerja sama dengan seorang investor untuk bikin clothing line. Akhirnya gue coba bikin sendiri dari nol.
Konsep apa yang kamu tawarkan dari produk ini?
Gue lagi beberes kamar sambil makan es krim di hari Minggu. Tiba-tiba es krimnya jatuh ke kaos. Gue mikir lucu nih kalo gue bikin konsep es krim di atas kaos. Nama Sunday Sunday dipilih karena gue mo mengcapture suasana santai di hari Minggu itu dalam clothing line ini.
Modal awal kamu berapa ya?
35 juta. Mulai packaging, produksi dan menghasilkan 9 desain. 1 desain gue bikin 30 pieces.
Strategi penjualannya seperti apa?
Gue buka store di beskem Pee Wee Gaskins dan mini shop di Cipete, Jakarta. Gue juga promosi lewat Twitter dan BBM. Untuk 1 packaging harganya 150 ribu. Isinya kaos, stiker, pin, pik gitar en bungkus kertasnya wangi vanila. Pembelian 200 ribu lebih ada bonus gelang yang bahannya diimpor dari China.
Perkembangan bisnis kamu sejauh ini?
Setelah kaos, gue bikin gelang, topi, hoodie dan kacamata. Produk gue udah tersebar ke Medan, Surabaya, Yogyakarta, Malang dan Bali. Untuk online ordernya udah sampe Brunei, Malaysia, Singapura, AS, Inggris dan Jepang. Gue udah mensupport band Totalfat asal Jepang. Gak lama lagi gue akan kerja sama dengan sebuah warehouse top di AS untuk pendistribusian produk Sunday Sunday.
Udah balik modal dunkzzz?
Gue rilis awal Oktober dan akhir Oktober udah langsung balik modal.
Tahun 2012 rencana kamu mau merilis apa lagi?
Tas, kaos kaki dan kaos baseball. Desain gue lebih berorientasi ke selera Asia, terutama Jepang.
Tips buat yang ingin merintis bisnis clothing line seperti kamu?
Bikin konsep desain yang jelas. Kalo modal belum banyak, cicil aja sambil nambah variasi desain. Kalo mau pinjam duit ke orang, harus dipikirin cara mengembalikannya.



Raka Vierra (Schitzo Apparel)
Ide awal kamu membuat clothing line gimana sih?
Gue diskusi santai dengan Tomo, sahabat gue. Kami pengin bikin sesuatu yang seru. Idenya mulai dari bikin kafe, studio band, sampai akhirnya tercetus ide membuat clothing line. Kami mulai merintis bulan Mei 2010.
Konsep apa yang kamu tawarkan dari produk ini?
Nama Schitzo terinspirasi dari kucingku yang tingkah lakunya sulit ditebak. Kadang dia cuma tidur aja, kadang dia gesit dan lari ke sana-kemari. Konsep Schitzo ini art berbasis ilustrasi cat air dan pensil warna. Kesannya lukisan di atas kanvas tapi gambarnya menyatu dengan kaos.
Modal awal kamu berapa ya?
Sekitar 3 juta. Produk pertama cuma 1 desain kaos dengan jumlah 2 lusin.
Strategi penjualannya seperti apa?
Aku jualan di online store aja. Ada juga konsumen yang datang langsung ke rumahku yang sekarang jadi kantor Schitzo juga. Aku juga gerilya lewat social media seperti Facebook dan Twitter. Aku gak mo buka store karena biaya operasional pasti lebih besar.
Perkembangan bisnis kamu sejauh ini?
Setelah sukses dengan kaos, aku membuat kemeja, jaket, sweater, topi dan tas. Produk Schitzo juga udah tersebar di hampir semua kota besar di Indonesia. Alhamdulillah lagi, Schitzo dipercaya mensupport band-band luar negeri seperti Not Called Jinx (Jerman), Teen Heart, Good Night Fellow dan Luke Holland (AS).
Udah balik modal dunkzzz?
Kurang dari 3 bulan aja udah balik modal tuh.
Tahun 2012 rencana kamu mau merilis apa lagi?
Celana jins, tas dan jaket kulit untuk naik motor.
Tips buat yang ingin merintis bisnis clothing line seperti kamu?
Bulatkan niat, cari nama brand yang unik, tentukan konsep desain clothingnya, cari partner kerja yang bisa diajak kerja keras, jangan takut karena cuma punya modal sedikit dan fokus menjalani bisnis ini.



Adapted from : HALO Magazine.
readmore »»  

0 THIRTEEN JKT



Thirteen di bentuk pada pertengahan tahun 2006, diawali pertemuan Raynard dan Bobond dan kemudian mereka berencana untuk membuat sebuah project band yang berbeda dari yang sudah ada, dan ini lah formasi awal Thirteen itu sendiri. Adalah Raynard (scream / growl), Bobond (guitar), Echa (guitar), Dicky (Bass), Adit (drum), dan kemudian kita merasa butuh nuansa keys atau synth maka masuklah Rudy (Key / Synth). Awalnya band ini bernama “Devil May Cry” tetapi karena nama tersebut merupakan nama sebuah game, jadi kita harus mencari nama lain. Dan pada saat itu lah nama kita (Red. Thirteen) berubah menjadi “Thirteen”. Pada awal mulanya kita sering memainkan / mengcover lagu dari The Devil Wears Prada, Enter Shikari, Horse The Band, etc, maka dari itu secara tidak langsung mereka sangat mempengaruhi musik kita dalam membuat lagu walaupun masing masing personil mempunyai influence dan karakter bermain yg berbeda beda dan kita tidak membatasi masing masing personil dalam menuangkan ide membuat lagu. Seiring berjalanya waktu setelah release album perdana “It’s All About Party, Music & Friendship” pada tahun 2008, Echa (guitar) keluar dari “Thirteen”. Semenjak saat itu kita memutuskan untuk terus berjalan dengan formasi 5 orang, yaitu Raynard (scream / growl), Bobond (guitar), Dicky (bass), Rudy (keys / synth), dan Adit (drum). Pada pertengahan tahun 2009 Rudye (keys / synth) memutuskan keluar dari Thirteen dikarenakan ingin melanjutkan studi kuliah nya. Dan beberapa waktu kemudian kita menemukan 2 makhluk bumi lainya, yaitu Jodi (clean voc) yang juga vocalist dari “Define : Divine” , dan Eponk (keys / synth) “Cemetery Dance Club”. Dengan formasi yang sekarang ini kita akan tetap memberikan warna musik yang berbeda, dengan tetap memasukan beberapa unsur musik seperti Metal, Post Hardcore, Emo, Screamo, Pop, Punk, Disco, Trance, Drum & Bass, etc. Or you can called it “Whatevercore”

readmore »»  
 
back to top